Perbedaan Besar Karyawan dan Wirausahawan

Perbedaan Besar Karyawan dan Wirausahawan

Banyak orang bermimpi berhenti dari pekerjaan harian mereka dan bergabung dengan jajaran wiraswasta; tetapi ini merupakan sesuatu yang tidak mudah dan bisa membuat frustasi.

Dari mereka yang bukan pemilik bisnis, beberapa telah mencoba dan gagal, sementara yang lain adalah karyawan yang tidak pernah berusaha lebih jauh dari batas-batas deskripsi pekerjaan mereka. Mengambil lompatan ke dunia kewirausahaan membutuhkan keberanian, tetapi keberhasilan terletak pada pemahaman perbedaan utama antara menjadi karyawan vs menjadi wirausahawan.

Pola pikir yang benar

Sebuah studi 2013 yang diterbitkan dalam Journal of Socio-Economics menggambarkan pola pikir seseorang sebagai kunci untuk menentukan apakah dia akan lebih bahagia dan lebih sukses sebagai pengusaha atau karyawan. Seorang pengusaha, kata penelitian itu, cenderung menjadi “jack of all trades” yang minat, pengalaman, dan keahliannya mencakup beragam topik yang bergabung untuk mendukung bisnis baru. Studi ini menemukan bahwa pengusaha cenderung memiliki jaringan hubungan yang beragam yang dapat mendukung mereka ketika mereka memulai bisnis baru.

Di sisi lain, karyawan dibayar untuk melakukan peran atau fungsi spesifik dalam suatu organisasi. Keamanan pekerjaan, penghasilan yang stabil, dan keahlian khusus sering menjadi prioritas karyawan. Prioritas-prioritas ini dapat menjadikan orang-orang ini pekerja yang setia dan berharga yang cenderung mencari pertumbuhan dan tantangan dalam suatu organisasi daripada mengikuti jalan mereka sendiri.

Etika kerja dan ketekunan

Banyak karyawan adalah pengamat jam, yang menunggu giliran kerja sampai akhir atau hari kerja berakhir. Mereka mungkin juga tidak sekuat pengusaha dalam menghadapi rintangan dan kemunduran.

Pekerja kemungkinan akan menunggu orang lain untuk masuk dan memperbaiki masalah; mereka tidak memiliki otoritas atau kemauan untuk mencari solusi sendiri.

Steve Jobs pernah berkata bahwa ketekunan membedakan pengusaha sukses dari yang gagal. Anggota dari kelompok sebelumnya bekerja selama dan sekeras yang diperlukan untuk berhasil dan bertahan dalam menghadapi setiap tantangan. Etika kerja dan keuletan ini adalah kualitas yang perlu bagi wirausahawan karena dimulainya bisnis bersifat spekulatif, dan hasil positif tidak pernah dijamin.

Komitmen untuk belajar sepanjang hayat

Siapa pun dapat menjadi pembelajar seumur hidup dengan memilih untuk berkomitmen pada dirinya sendiri untuk mengembangkan minat atau keterampilan. Karyawan yang memilih jalur ini sering terus mengembangkan keterampilan khusus dalam bidang mereka, untuk naik ke tangga kepemimpinan.

Pengusaha dapat mengambil pendekatan yang berbeda, belajar bagaimana tetap relevan di pasar yang selalu berubah. Memprioritaskan pembelajaran seumur hidup memungkinkan pengusaha menjadi fleksibel dan tangguh ketika mereka mengembangkan bisnis mereka.

Kerendahan hati

Dalam lingkungan kerja, karyawan harus memuji keberhasilan pribadi mereka dan memamerkan kerja keras mereka, untuk mencapai promosi atau kenaikan gaji, terutama ketika mereka bagian dari departemen atau perusahaan besar. Tanpa promosi diri yang mencolok, banyak pekerja yang tersesat di tengah keramaian.

Namun, tingkat promosi diri ini merusak para pengusaha. Sebaliknya, mengembangkan kerendahan hati adalah kunci sukses. Memupuk kerendahan sejati mengharuskan orang lain berkontribusi terhadap kesuksesan perusahaan, dan membangun tim yang lebih kuat. Para pengusaha yang rendah hati tidak percaya bahwa hanya mereka yang dapat melakukan sesuatu dengan cara yang benar; sebaliknya, mereka belajar untuk mendelegasikan dan mempercayai orang