Kondisi ekonomi Turki saat ini sedang tergunjang, ini diperparah dengan nilai tukar lira(mata uang Turki) yang terus merosot terhadap dollar Amerika Serikat. Ini merupakan salah satu kondisi yang sangat parah dari beberapa tahun terakhir yang menimpa negara tersebut.
Turki sebetulanya sudah mengalami permasalahan ekonomi yang cukup pelik setidaknya sejak setahun terakhir. Banyaknya permasalahan mulai dari utang luar negeri, defisit yang jauh membuat negara ini semakin terpuruk.
Kesialan Turki tidak hanya sampai disana, Turki pun harus menghadapi sanksi Amerika Serikat terkait dengan penangkapan pendeta yang merupakan warga negara AS yang membuat Donald Trump memutuskan melakukan sanksi terhadap produk-produk Turki.
Erdoga yang tidak mau begitu saja pasrah melakukan perlawan dan menyerukan untuk melakukan boikot terhadap produk-produk Amerika dan salah satunya adalah iPhone.
iPhone terancam diboikot di Turki
iPhone merupakan produk dari Apple yang merupakan perusahaan teknologi asal Amerika. Perusahaan ini memang memiliki magnet kuat sehingga laris manis diberbagai negara. Tentu saja dengan popularitas iPhone dan produk Apple lainnya ini mendatangkan keuntungan bagi Amerika sebagai asal negara produk tersebut.
Sanksi yang diberlakukan oleh Amerika terhadap Turki membuat berang Erdogan dan mengancam akan melakukan boikot terhadap produk-produk elektronik asal Amerika seperti halnya iPhone. Erdogan juga mengatakan negaranya bisa mengganti iPhone dengan produk lain seperti Samsung.
Samsung sendiri merupakan perusahaan teknologi smartphone yang bersaing keras dengan iPhone. Teknologi Samsung sendiri memang sudah diakui dunia bahkan pada beberapa survei produk Samsung masuk sebagai daftar smartphone paling laris diseluruh dunia.
Jika iPhone dan produk Apple lainnya diboikot dari Turki, ini akan membuat produk teknologi lain dapat menjegal produk Apple dalam segi penjualan.
Jatuhnya nilai mata uang lira memang membuat Turki harus memutar otak untuk menari solusi terbaik. Disisi lain, Presiden Erdogan bersikeras tidak akan mengemis pertolongan dari pihak asing dan bersikeras dapat keluar dari situasi yang menimpa negara tersebut.
Sejauh ini, lira telah mengalami kemerosotan hingga 40 persen. Inflasi besar-besaran ini bila tidak ditangani serius akan memicu krisis ekonomi lebih besar lagi.